Minggu, 02 November 2008

Halal bi Halal

Halal bi Halal

Segala puji hanya milik Allah, Dzat Yang Maha Agung, Maha Tinggi, dan Maha Mulia. yang keagungan dan ke-muliaan-Mu tidak akan sirna, meskipun seluruh manusia Kafir dan durhaka kepada-Mu. Kepada-Nya segenap makhluk bergantung dan hanya kepada-Nya segala sesuatu akan kembali. Dialah satu-satunya Dzat yang akan meminta pertanggungjawaban manusia pada yaumul hisab, terhadap segala perbuatan manusia di dunia.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan teladan kita, Nabi Besar Muhammad Saw; keluarganya, para shahabatnya, serta para pengikutnya yang tetap istiqamah dan konsekuen menegakkan dan menjalankan serta mendakwahkan ajaran—Nya sampai Kiamat.

Fajar 1 Syawal telah menyingsing, menandai berakhirnya bulan penuh kemuliaan. Senyum kemenangan terukir di wajah-wajah perindu Ramadhan, sambil berharap kembali meniti Ramadhan di tahun depan.

Satu persatu kaki-kaki melangkah menuju masjid, tanah lapang untuk mendirikan sholat idhul fitri, seraya berjalan sambil menyeru nama Allah dengan takbir, tahlil dan tahmid sampai langit pun bersaksi, di hari itu segenap mata tak kuasa membendung air mata keharuan saat berlebaran.

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Ramadhan berlalu sudah. Kini kaum Muslimin menggemakan takbir, tahlil dan tahmid serentak di seluruh belahan penjuru dunia sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan untuk mendirikan ibadah di bulan Ramadhan; shaum mulai terbit fajar sampai matahari terbenam, membaca al-Quran, menghidupkan malam dengan tarawih, i’tikaf, dan berdzikir. Bulan yang membuat orang Mukmin berlinang air mata, mengingat akan kealpaan, kelalaian, dosa dan kemaksiatan diri. Bulan untuk introspeksi diri terhadap apa yang telah dilakukan. Semuanya itu ditujukan untuk taqorrub—mendekatkan diri kepada-Mu. Inilah bulan yang Allah telah berikan kesempatan kepada kita untuk berkaca dan memperbaiki diri. Inilah bulan yang Allah SWT limpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Inilah bulan yang Allah SWT janjikan ampunan. Ampunan atas seluruh dosa kita sebelumnya, sehingga kita bagaikan manusia yang dilahirkan kembali. Subhanallah—Maha Suci Allah.

Ada getar keharuan dalam hati kita. Ramadhan yang barakah, berlimpah rahmat, dan ampunan Allah, telah meninggalkan kita. Akankah kita bertemu dengan Ramadhan berikutnya? Jujur kita menjawab Wallahu a’lam. Tidak tahu. Kita hanya dapat berharap semoha Allah mempertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Amien.

Setelah selesai kita berpuasa sebulan pada tahun ini, marilah kita berjanji kepada diri sendiri agar segala amalan dalam bulan Ramadhan tersebut dapat kita lakukan sepanjang tahun. Kita tidak mau amalan di bulan Ramadhan itu hanya dijadikan sebagai adat yang akan dilaksanakan setahun sekali saja, bahkan sebulan Ramadhan itu sebenarnya adalah sebagai latihan untuk kita amalkan sepanjang masa. Amalan puasa bukan sekadar sebagai amalan menahan diri dari makan dan minum atau menjauhi tuntutan-tuntutan biologi semata, bahkan jauh dari itu, ia adalah suatu bentuk pendidikan untuk menyemai dan menumbuhkan kesadaran kepada Allah SWT. Kesadaran inilah yang melandasi ketakwaan dan membimbing seseorang ke arah tingkah laku yang baik dan terpuji di samping tampil sebagai seseorang yang berbudi pekerti, mulia dan menjadi teladan kepada semua.

Ramadhan telah berlalu. Ada pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita. Apakah puasa kita telah berhasil? Bisakah kita disebut berhasil dan meraih kemenangan, sementara kita tidak banyak terpengaruh dengan Ramadhan tersebut. Apakah pantas kita disebut berhasil, sementara setelah Ramadhan usai kita kembali lagi seperti semula.

Idul Fitri memang hari istimewa. Secara syar’i pun dijelaskan bahwa Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam, selain Hari Raya Idul Adha. Karenanya, agama ini membolehkan umatnya untuk mengungkapkan perasaan bahagia dan bersenang-senang pada hari itu.

Pada kesempatan yang berbahagia ini Kami meng-ucapkan ”Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1429 H. Minal aidin wal Fa-dzin, taqoballalohu minna wa minkum taqobbalallohu ya Karim. Mohon maaf atas segala kesalahan, kealpaan, kekhilafan, dosa baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, baik yang dhohir maupun yang sirri”. Pada hari yang fitri ini bukakanlah pintu maaf yang selebar-lebarnya untuk kami.

Marilah di hari kemenangan ini kita gunakan untuk instrospeksi diri, untuk refleksi dan merenungkan atas segala hal yang telah kita perbuat selama ini, dan ke depan kita berharap segalanya akan menjadi lebih baik. Inilah momentum yang penting untuk selalu meningkatkan ibadah dan amalan sholih kita, janganlah kita terjebak kepada rutinitas yang bersifat seremonial tanpa makna. Inilah momentum penting untuk kita selalu meningkatkan loyalitas, dedikasi dan kepedulian kepada tugas-tugas kita, tempat kerja kita, anak didik kita dan kepada semuanya. Marilah kita komitmen menjaga kondisi yang fitri ini selama setahun ke depan atau bahkan selamanya. Kini tidak ada lagi ganjalan dengan teman, sahabat, kolega, baik secara fisik maupun psikis, karena kita sudah meng-ikhlaskan saling memaafkan. Untuk itu, mari kita jaga agar kondisi fitri ini tidak ternoda dengan dosa-dosa baru. Tentu kita sangat berharap, bahwa antara kita tidak hanya berteman karena sering ketemu di tempat kerja, tetapi lebih dari itu kita bersahabat bahkan bersaudara secara lahir dan batin—artinya kalau teman kita sakit kita juga merasakan sakit—kalau teman kita bahagia kita juga ikut merasakan kebahagian itu. Sehingga tidak ada tempat atau ruang di antara kita untuk berprasangka buruk—suudhon—berpikiran negatif kepada teman kita.

Itulah yang dapat saya sampaikan, ada kurangnya mohon dimaaftan, dan saya ingatkan, Mari setelah idhul fitri ini, kita awali semuanya dengan awal yang baik—dan semoga selama proses juga baik serta khusnul khotimah—artinya berakhir dengan kebaikan pula.

Saya akhiri dengan ucapan Alhamdulillah, Hadanallohu wa iyakum ajmain, wal ’afu minkum. Walasamu alaikum w.w.

Tidak ada komentar: